Kamis, 19 Juli 2012

Pratikum Kimia Fisika "Campuran Biner II ( Jaka )


PRATIKUM KIMIA FISIKA
 “CAMPURAN BINER II 
 (KESETIMBANGAN UAP CAIR PADA SISTEM BINER)”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
                                    HANDOKO PRATAMA PUTRA       ( 0611 3040 0297 )
INDAH DWI ASTUTI                           ( 0611 3040 0298 )
JAKA OKTASANOVA                         ( 0611 3040 0299 )
KATRIN AGNES E SINAGA                           (0611 3040 0300 )
KIKI INDRI NASTITI                           ( 0611 3040 0301 )
MARIANI SIHOMBING                      ( 0611 3040 0302 )
M. NUR ARIFIN                                 ( 0611 3040 0303 )
NOVI RETNO SARI                            ( 0611 3040 0304 )
KELAS  2  KA
INSTRUKTUR   : Ibnu Hajar,S.T, M.T
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2011/2012


CAMPURAN BINER II
(KESETIMBANGAN UAP CAIR PADA SISTEM BINER)

I.                    TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
Dapat menentukan sifat biner dengan membuat diagram temperature versus komposisi
Dapat menentukan indeks bias campuran

II.                  ALAMAT KIMIA YANG DIGUNAKAN
·         Erlenmeyer 250 ml                       ( 6 Buah )                   
·         Thermometer   10-100°C              ( 1 Buah )
·         Gelas ukur                                     ( 2 Buah )
·         Seperangkat alat destilasi                        ( Seperangkat/ 1 set )
·         Corong gelas                                 ( 1 Buah )
·         Aluminium foil                              ( Seperlunya )
·         Bola karet                                     ( 1 Buah )
·         Botol larutan                                 ( 4 Buah )
·         Batu didih                                      ( 6 Buah )

III.                BAHAN YANG DIGUNAKAN
·         Aseton ( CH3COCH3 )                   ( 200 ml )
·         Chloroform ( CHCL3 )                   ( 200 ml )

IV.               GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

V.                  DASAR TEORI
Suatu larutan dikatakan sebagai larutan ideal bila :
1.      Homogen pada seluruh system mulai dari mol fraksi 0-1
2.      Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur membentuk larutan (H pencampuran= 0)
3.      Tidak ada volume pencampuran artinya volume larutan= jumlah volume komponen yang dicampurkan ( v pencampuran)
4.      Memenuhi hokum roult
P1= x1Po
P1= tekanan uap larutan
P2= tekanan uap pelarut murni
X1=mol fraksi larutan
Dalam larutan ideal sifat komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen yang lain. Sehingga sifat larutan yang dihasilkan terlrtak diantara kedua sifat komponennya.
Contoh system benzene-toluena, sedangkan larutan non ideal adalah larutan yang tidak memiliki sifat-sifat diatas.
Larutan ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a.      Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi. Dimana akan menghasilkan titik didih maksimum pada system campuran itu.
Contoh: system aseton-karbon disulfide dan system HCl-air
b.      Larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontruksi. Dimana akan menghasilkan titik didih minimum padan system campuran.
Contoh : system benzene-etanol
              Aseton – chloroform
Dalam percobaan ini komposisilarutan mempunyai harga mol fraksi larfutan untuk membuat diagram T-X  maka harga x dihitung pada tiap-tiap titik didih tetapi dengan mengukur indeks bias pada beberapa komposisi tertentu dari larutan.
Misalnya mencampurkan a ml aseton dengan massa jenis 1 dengan b chloroform massa jenis 2, maka komposisinya adalah
                        X1  =
M1= massa molekul aseton  = 58
M2 = massa molekul cacl3  = 119.5

VI.               LANGKAH KERJA

*      Mencatat titik didih aseton ( murni ) dan chloroform ( murni )
*      Menentukan titik didih dan uap campuran dengan cara distilasi
Dengan perbandingan sebagai berikut
Aseton
100 ml
80 ml
60 ml
40 ml
20 ml
0 ml
khloroform
0ml
20 ml
40 ml
60 ml
80 ml
100 ml

*      Mendistilasi setiap campuran,dan mencatat titik didih dan titik uapnya
VII.             DATA PENGAMATAN

Aseton 
khloroform
Titik didih
Titik uap
100 ml
0 ml
56,4 °C
56,4°C
80 ml
20 ml
59°C
58°C
60 ml
40 ml
64°C
61°C
40 ml
60 ml
59°C
58°C
20 ml
80 ml
63°C
62°C
0 ml
100 ml
61,2°C
61,2°C

NB :
*      Titik didih aseton              : 56,4 °C
*      Titik didih chloroform       : 61,2°C

VIII.           PERHITUNGAN
Ρ aseton         = 0,79
Ρ khlorofom  = 1,48

`1. Menghitung fraksi mol aseton
a.      Aseton = 100 ml
Cacl3     = 0 ml
X aseton =
               =
              =
             =1

b.      Aseton  = 80 ml
Cacl3      = 20 ml
X aseton =
               =
   =
   =0,8141

c.       Aseton  = 60 ml
Cacl3      = 40 ml
X aseton =
               =
   =
   =0,6215   

d.      Aseton  = 40 ml
Cacl3      = 60 ml
X aseton =
               =
   =
   =0,4219


e.      Aseton  = 20 ml
Cacl3      = 80 ml
X aseton =
               =
   =
   =0,2148

f.        Aseton  = 0 ml
Cacl3      = 100 ml
X aseton =
               =
   =
   =0
1.      Menghitung fraksi mol cacl3 ( x cacl3)
X aseton + X cacl3 = 1
a.      X cacl3
X cacl3 = 1-1
             = 0
b.      X cacl3
X cacl3 = 1-0,8141
             = 0,186
c.       X cacl3
X cacl3 = 1-0,6215
             = 0,38
d.      X cacl3
X cacl3 = 1-0,4219
             = 0,58
e.      X cacl3
X cacl3 = 1-0,2148
             = 0,79
f.        X cacl3
X cacl3 = 1-0
             = 1
IX.                PERTANYAAN :
1.      Apa yang dimaksud kesetimbangan fasa?
2.      Kapan system dua komponen mencapai titik didihnya?
3.      Apa yang di maksud titik azeotrop,ada berapa macam, jelaskan!
4.      Bagaimana mendapatkandiagram titik T-X?

JAWABAN :
1.      Kesetimbangan fase merupakan suatu keadaan dimana suatu zat memiliki komposisi yang pasti pada kedua fasenya. Pada suhu dan tekanan tertentu biasanya fase cair dan uapnya.
2.      Saat dalam larutan sifat komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen yang lain,sehingga larutan yang dihasilkan terletak diantara sifat kedua komponennya atau pada saat larutan non ideal deviasi positif maupun negative mempunyai volume ekspansi dan volume konstruksi dimana akan menghasilkan titik didih maksiumum dan minimum pada system campuran.
3.      System dua komponen mencapai titik didihnya saat kedua campuran temperaturnya sama dengan temperature luar.Saat dalam larutan sifat komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen yang lain,sehingga larutan yang dihasilkan terletak diantara sifat kedua komponennya atau pada saat larutan non ideal deviasi positif maupun negative mempunyai volume ekspansi dan volume konstruksi dimana akan menghasilkan titik didih maksiumum dan minimum pada system campuran.
4.      Tititk azeotropik adalah dimana titik dua campuran saling melarutkan.Dimana suatu keadaan dimana campuran mempunyai komposisi difase uap dengan fase cairnya,dimana macam-macam nya :
*      Campuran azeotrofik biner
*      Campuran azeotrofik biner dengan titik didih maksimum
*      Campuran azeotrofik biner dengan titik didih maksimum
5.      Untuk membuat diagram T-X maka harga x tidak dihitung pada tiap-tiap titik didih tetapi dengan mengukur indeks bias pada  Mendapatkan diagram t-x yaitu dengan mengukur indeks bias pada komposisi tertentu dari larutan.Kemudian dibuat dahulu grafik standar komposisi vs indeks bias.

















X.                  ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan kali ini,kami melakukan percobaan campuran biner II,dimana pada percobaan ini kami harus menentukan titik didih larutan murni (Aseton dan Kloroform) serta titik didih dan titik uap dari larutan campuran aseton dan kloroform,dengan komposisi yang berbeda( terhadap aseton : 0 ml,20 ml,40 ml,60 ml,80 ml,100 ml ) melalui proses distilasi.Yang menjadi perbedaan percobaan/pratikum campuran biner II dan campuran biner I yang sebelumnya sudah kami lakukan adalah pada pratikum campuran biner I,menggunakan system campuran zeotrofik(benzene-toluena),sedangkan pada pratikum campuran biner II menggunakan system campuran azeotrofik (aseton-kloroform).Pada pratikum ini hal yang kami lakukan adalah menentukan atau mencatat massa jenis,berat molekul,kalau perlu densitasnya,hal ini lebih dikarnakan sifat yang dibutuhkan pada saat perhitungan. Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat dianalisa bahwa pada percobaan ini yang pertama kali dilakukan yaitu menyiapkan larutan campuran aseton dan chloroform dengan perbandingan 100 ml,80 ml,60ml,40 ml,20 ml dan 0 ml untuk aseton, kemudian 0ml, 20ml, 40ml, 60ml, 80ml, dan 100ml untuk khlorofom.
Selanjutnya mencatat titik didih dan titk uap campuran pada proses destilasi dengan menggunakan thermometer.
sehingga didapatkan titik didih sebesar 56,4°C,59°C, 64°C,59°C,63°C dan 61,2°C sedangkan untuk titik uapnya sebesar 56,4°C,58°C,61°C,58°C,62°C dan 61°C.
            Data diatas untuk titik didih dan titik uap campuran sesuai dengan komposisi campuran (aseton-kloroform) yang telah di tentukan(terhadap aseton :0 ml,20 ml,40 ml,60 ml,80 ml,100 ml) .Dan dari data yang di peroleh,kami dapat menentukan fraksi mol dari aseton dan kloroform untuk masing-masing komposisi dengan menggunakan rumus : =
  
XI.                KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
*      Campuran azeotropik adalah campuran dua/lebih komponen yang mempunyai komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya bila melalui destilasi biasa,bila titik didih dua zat cair yang saling menunjukkan adanya titik maksimum
*      Fraksi mol yang diperoleh (Berdasarkan percobaan) :
                    Aseton 80 % ; khloroform 20 %  : 0,84
                    Aseton 60 % ; khloroform 40 %  : 0,6215
                    Aseton 40 % ; khloroform 60 %  : 0,4219
                    Aseton 20 % ; khloroform 80 %  : 0,2148
                    Aseton 100 %                              : 1
                    Khloroform 100 %                                   : 0
Aseton : 1,0.84,0.62,0.38,0.42,0.21 dan 0
Cacl3     : 0,0.816,0.38,0.58,0.79dan 1
*      Campuran aseton-khloroform termasuk larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontraksi dimana akan menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran tersebut.
*       Titik didih dan titik uap untuk masing-masing campuran(dari distilasi)
                    Aseton 80 % ; khloroform 20 %  : 63°C dan 62°C
                    Aseton 60 % ; khloroform 40 %  : 59°C dan 58°C
                    Aseton 40 % ; khloroform 60 %  : 64°C dan 61°C
                    Aseton 20 % ; khloroform 80 %  : 59°C dan 58°C
*      Titik didih aseton ( murni )                 : 56,4°C
*      Titik didih khloroform ( murni )          : 61,2°C

XII.              DAFTAR PUSTAKA
Modul.”Penuntun Pratikum kimia fisika”.Jurusan Teknik Kimia,Politeknik Negeri Sriwijaya.2012


















GAMBAR ALAT
Chemistry Lab Equipment (Thermometer)






Seperangkat alat destilasi                                                                 thermometer                                         

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTIkUT3KXdeMZ1C-v0QhQLqmSrJOLsgOQbDhoMnVNZ_p8f_BcI&t=1&usg=__ZQuFtlECg_xeqKbBBOzudmJZL7I=http://wb9.itrademarket.com/pdimage/18/1466818_elenmeyer.jpeg


                                                                                                                                                                                                                                                                                               
        Erlenmeyer                                                                          pipet ukur




http://www.educationalapparatus.com/small-images/716848.jpg




                                                                     Bola karet
ANd9GcRx7uwSG90AOtD-LyC_v9INPIGPZXnH5dujJVd4LY6O-eMWoFM&t=1&usg=__65ntwvTk1I3XXCwsU2tdqP0gOF4=                                    corong gelas   ANd9GcR5h1hGndZpZy-KZWwjK_fpanuGB1gCgIh9FD6h70LaX5H73dA&t=1&usg=__qejEbNgIuLmTU3AtyFRbgjqDGNs=  labu ukur