KIMIA
ANALISIS DASAR
(ANALISIS
AIR)
Oleh :
Nama : 1. Dedek Okta
Wijaya (061130400292)
2. Jaka Oktasanova (061130400299)
3. Novi Retno Sari (061130400304)
4. Reta Triprima Nindianti (061130400308)
Pembimbing : Ir. M.Taufik,
M.Si.
PROGRAM
DIPLOMA –III
TEKNIK
KIMIA
POLITEKNIK
NEGRI SRIWIJAYA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat, taufik, serta
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
Bapak Ir.M. Taufik, M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah mengajarkan mata kuliah kimia analisis dasar serta membantu dalam
kesulitan yang kami hadapi dalam pembuatan makalah ini.
Orang tua kami yang tak henti-hentinya memberikan support baik secara materi maupun
dukungan, serta semangat dan doa nya kepada kami.
Teman-teman seperjuangan yang telah membantu
berpartisipasi serta memberikan dukungan kepada kami.
Dan untuk seluruhnya yang telah memberikan dukungan
dan doanya kepada kami yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Semoga makalah ini
dapat berguna dan dapat membantu serta memberikan manfaat bagi kita semua dalam
proses balajar. Dan akhirnya tim penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.
Palembang,
20 Desember 2011
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
i
DAFTAR ISI . . .
. . . . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . ii
BAB 1
1.1 Pendahuluan .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . . . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . 1
BAB 2 ISI
2.1 Analisis
Sifat Fisika Air .
. . .
. . . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . . . 4
2.2 Analisis
Sifat Kimia Air . . . . . . . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . . . 6
2.3 Analisis
mikrobiologi . .
. . . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . . . 9
2.4 Analisis
Air (oksigen terlarut dan Klorin) . .
. . .
. . .
. . .
. . . .
. . .
. . .
. . . 10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
& Saran . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . . 17
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
Air
merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting
dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta
cita rasa makanan kita. Semua bahan makanan yang mengandung air dalam jumlah
yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan
sebagai pembawa zat – zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media
reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer,dan sebagainya. Kandungan air
dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan
bahan itu. Selain itu, air juga merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan
tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya.
Bila
badan manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan diketahui bahwa
kandungan airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap
hari sekitar 2,5 liter haus diganti dengan air yang baru. Diperkirakan dari
sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari air minum dan
sekitar 1,0 liter berasal adari bahan makanan yang dikonsumsi. Air merupakan
senyawa yang mempunyai rumus molekul H2O. Dalam molekul tsb. Atom
Oksigen berikatan dengan 2 atom Hidrogen dgn ikatan kovalen.
Ø
Sumber
Air
Sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan
manusia dapat dibedakan menjadi 3 golongan :
a.
Air
Angkasa
Merupakan air yang berasal dari atmosfir yaitu hujan,
embun, salju. Umumnya kualitas cukup baik, tetapi air angkasa tersebut dapat mengakibatkan
kerusakan pada logam yaitu timbulnya karat. Karena cenderung asam dengan
kandungan nitrat, sulfat, dan karbonat yang tinggi.
b.
Air
Permukaan
Merupakan air yang berada dipermukaan, umumnya sumber
air permukaan merupakan air yang kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh
manusia karna itu perlu ada pengolahan. Misal : PDAM.
c.
Air
Tanah
Merupakan air yang sebagian
terbentuk dari air hujan yang jatuh dipermukaan bumi dan sebagian meresap kedalam
tanah.Sebagai sumber air, tdpt dlm berbagai bentuk yaitu : mata air dan sumur
(sumur gali dan bor).
Ketiga sumber air tersebut tidak
berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dalam suatu siklus yang disebut daur
Hidrologi. Siklus air diartikan sebagai pergerakan yang dialami oleh air yang
terdiri dari berbagai peristiwa :
-
Evaporasi (penguapan air)
-
Kondensasi (Pembentukan awan)
-
Presipitasi (jatuhnya air ke bumi)
-
Aliran air pd permukaan bumi dan didlm tanah.
Jadi siklus
hidrologi adalah akibat panas, awan mendung, daya berat, air hujan jatuh ke
bumi, air dimanfaatkan.
Ø
Istilah
dalam kimia air
-
Air baku yaitu air dari badan air yg diolah
menjadi air minum dgn cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan
penyucihamaan.
-
Badan air yaitu tempat dan wadah diatas
permukaan daratan yg berisi dan menghasilkan air yaitu rawa, danau, sungai,
waduk.
-
Baku mutu air yaitu batas kadar zat atau bahan
pencemar yg terdpt dlm air utk tetap berfungsi sesuai dgn golongan
peruntukannnya.
-
Air minum yaitu air yang tidak melalui proses
pengolahan air yang bisa langsung dikonsumsi. Digunakan tanpa melalui proses
pengolahan dgn memenuhi syarat fisika. Kimia, radioaktif dan mikrobiologi.
-
Air bersih yaitu air yang harus melalui
pengolahan untuk dapat dikonsumsi.
Penentuan standart kualitas air minum
berdasarkan pertimbangan :
1. Bahan-bahan
beracun yg bila kadarnya dlm air melebihi batas akan membahayakan kesehatan
misalnya : Timbal, Selenium, Arsen, Kromium, Sianida, Kadmium dan Air raksa.
2. Bahan-bahan
kimia spesifik yg dpt mempengaruhi kesehatan jika kadarnya dlm air melebihi
batas akan merugikan kesehatan misalnya : Fluorida, Nitrat.
3. Bahan
kimia / sifat fisik yg mempengaruhi air minum yaitu : Mn, Pb, Zn, Ca, Mg, SO4,
Cl dan Fenol.
4. Bahan
kimia yg mrpkn petunjuk adanya pencemaran yaitu Zat organik, BOD, COD, NO2,
fosfat.
ü
PENGAMBILAN
CONTOH AIR
A.
Lokasi
Pengambilan
1.
Lokasi
Pengambilan Contoh Air di Sungai
Lokasi pengambilan contoh pada aliran sungai perlu ditetapkan
karena utk mengetahui perubahan kualitas air akibat aktivitas lingkungan
sekitarnya. Kualitas air alamiah diukur pada lokasi dihulu sungai yang belum
mengalami perubahan oleh kegiatan manusia, sedangkan perubahan kualitas air
diambil pada bagian hilir.
2.
Lokasi
pengambilan contoh air diwaduk / danau
Sekurang-kurangnya
diperlukan 3 lokasi pengambilan contoh yaitu : sebelum masuk danau, ditengah
danau dan setelah keluar danau.
B.
Titik
Pengambilan
1.
Sungai
Pengambilan
contoh air dilakukan bertujuan untuk mendapatkan contoh air yg andal. Contoh
air yg andal adalah contoh air yg mewakili keadaan kualitas sumber air
tersebut. Agar diperoleh contoh air yg andal tersebut. Maka titik pengambilan
conmtoh air yg dipilih adalah tempat dimana air sungai yang betul-betul
tercampur dengan baik berdasarkan kecepatan aliran dan lebar sungai.
2.
Danau
Titik pengambilan contoh air didanau berdsrkan pada kedalaman . faktor yg
harus dipertimbangkan adalah titik pengambilan comtoh bagian dasar tidak
dipengaruhi oleh endapan / sedimen.
C.
Frekuensi
Pengambilan Contoh Air
Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi
pengambilan contoh air
-
Kualitas
air sungai dan sumber air lainnya pd umumnya selalu berubah dr waktu ke
waktu. Perubahan ini disebabkan oleh bbrp faktor antara lain : Pergantian
musim, limbah yang masuk dan debit sungai. Perubahan tsb. Dpt terjadi sesaat
atau terus menerus dlm suatu periode tertentu.
-
Perubahan
Sesaat
Disebabkan
oleh suatu kejadian yg tiba-tiba dan sering kali tidak bisa diramalkan. Contoh
turunnya hujan lebat akan menyebabkan bertambah debit air yg diikuti oleh
terbawanya bahan pencemar dari pengikisan daerah sekitar.
-
Perubahan
Terus menerus
Perubahan
terus menerus setiap tahun dpt terjadi karena turunnya hujan / turunnnya suhu
yg beraturan tiap musim.
BAB 2
ANALISIS
AIR
Ø
ANALISIS
SIFAT FISIKA AIR
SUHU
Suhu
air ialah derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan panas derajat Celcius
(°C). Suhu air ditentukan dengan
menggunakan thermometer atau termistor.
WARNA
Warna ialah warna nyata dari air yang
dapat disebabkan oleh adanya ion metal (besi dan mangan), humus, plankton,
tumbuhan air dan limbah industry, yang tidak menggunakan zat warna tertentu
setelah dihilangkan kekeruhannya, yang dinyatakan dalam satuan warna skala
Pt-Co.
KEKERUHAN
Air
keruh terjadi bila dalam air banyak mengandung partikel-partikel padat sehingga
kelihatan kotor. Penyebab kekeruhan tsb : tanah, lumpur, partikel-partikel padat
lain, sisa tumbuh-tumbuhan. Kekeruhan ini sebaiknya diukur pada hari yg sama
dgn pengambilan sampel, bila ditunda sampel harus disimpan ditempat gelap dan
diperiksa sebelum 24 jam. Pemeriksaan kekeruhan dgn metode Turbidimetrik
(Nefelometrik)
Prinsip
: Membandingkan intensitas cahaya yg dihamburkan oleh sampel dengan intensitas
cahaya yang dihamburkan oleh suspensi baku pembanding pada kondisi sama, makin
tinggi intensitas cahaya yang terhambur makin tingi kekeruhannya.
Sebagai
pembanding pada turbidimeter dibuat dari 1 gr Silika gel yang dilarutkan dalam
1 liter air suling, sehingga setiap 1 ml mengandung 1 mg SiO2 atau kekeruhannya
1 unit. 1 mg SiO2/lt. Batas syarat air minum : 5-25 skala SiO2.
Penyimpangan
batas syarat , Bila terlalu tinggi mengakibatkan :
-
Rasa kurang enak
-
Menimbulkan busa pada ketel
-
Pada Pabrik kertas warna kertas kurang baik
-
Pada tekstil warna kurang baik.
KEJERNIHAN
Kejernihan adalah
dalamnya lapisan air yang dapat ditembus oleh sinar matahari yang dinyatakan
dalam satuan cm. uji ini dilakukan dengan mengukur jaraka antara permukaan air
dengan benda (keeping secchi) yang masih terlihat dengan mata dan pada saat
cahaya matahari cukup.
RESIDU
TOTAL
Residu yang
tersisa setelah penguapan contoh dan dilanjutkan denganpengeringan pada suhu
tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L.
RESIDU
TERSUSPENSI
Yaitu berat zat
padat dalam air yang tertahan pada penyaring dengan kertas saring dan
dikeringkan pada suhu tertentusecara merata yang dinyatakan dalam satuan mg/L.
pemeriksaan residu tersuspensi dilakukan dengan cara menimbang berat residu
didalam contoh yang tertahan pada kertas saring yang berpori 103-105 C hingga
diperoleh berat tetap.
RESIDU
TERLARUT
Yaitu berat zat
padat yang dapat lolos melalui saringan yang berpori dan dikeringkan pada suhu
tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L.
DERAJAT
KEASAMAN (PH)
Yaitu logaritma
negative dari aktivitas ion hydrogen dalam suatu larutan. Aktivitas ion
hydrogen dalam air diukur secara potensiometer dengan elektorda gelas. Elektroda ini akan
menghasilkan perubahan tegangan yang disebabkanoleh aktivitas ion hydrogen.
DAYA
HANTAR LISTRIK / KONDUKTIVITAS
Yaitu kemampuan dari larutan yang
menghantarkan arus listrik, kemampuan tersebut tergantung pada kadar zat
terlarut yang mengion di dalam air, pergerakan ion, valensi dan suhu. DHL
diukur dengan elektroda konduktometerde dengan menggunakan larutan KCI sebagai
larutan baku pada suhu 25° C.
Ø
ANALISIS
SIFAT KIMIA AIR
SALINITAS/
KEGARAMAN
Merupakan
residu terlarut dalam air, apabila semua bromide dan iodide dianggap sebagai
klorida. Pada penentuan ini digunakan metode Argentomteri atau salinometri. Salinometri merupakan cara mengukur
salinitas dengan alat salinometri.
KLOROSITAS
Yaitu
kadar klor dalam satuan mg/L. yang digunakan pada perhitungan salinitas.
Perhitungannya sama dengan salinitas.
KESADAHAN
Kesadahan
total yaitu jumlah ion-ion Ca2+
dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai
titran dan menggunakan indikator Eriochrome Black T.
ALKALINITAS
Alkalinitas
merupakan kapsitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH
larutan. Sama halnya dengan buffer, alkalinitas merupakan pertahanan air
terhadap pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam
larutan hingga merupakan sebuah analisa makro yang menggabungkan beberapa
reaksi . alkalinitas dapat ditentukan dengan titrasi asam basa yaitu dengan
menitrasi sample air dengan asam-asam kuat yaitu asam sulfat dan asam klorida.
FE
Besi
adalah salah satu elemen yang selalu dapat ditemui pada hamper semua badan air,
besi yang ada di dalam air dapat bersifat :
-
Terlalut sebagai Fe2+ dan Fe3+
-
Tersuspensi sebagai koloidal atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3
dan sebagainya.
-
Tergabung dengan zat organis atau zat padat yg
ironganic (seperti tanah liat)
Penentu kadar besi di air dapat dilakukan dengan menggunakan
peralatan spektrofotometer.
NITROGEN;
AMONIAK
Nitrogen dapat ditemui hamper di setiap badan air dalam
bermacam-macam bentuk, seperti : NH3, N2, NO2,
NO3. Biasanya senyawa senyawa nitrogen tersebut adalah senyawa
terlarut.
Analisa Kjedahl merupakan analisa untuk nitrogen Khedahl
yaitu jumlah N- organis dan N-amoniak bebas. Analisa Kjedahl pada umum nya
dilaksanakan pada sampel air yang diduga mengandung zat organis seperti air
buang penduduk, industri, dan air sungai. Selain analisia Kjedahl nitrogen,
amoniak dapat dianalisa dgn cara nessler, cara titrimetris. Dan cara elektroda
khusus.
COD
(CHEMICAL OXIGEN DEMAND)
COD /KOK adalah jumlah O2 yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 l sampel air, dengan pengoksidasi
K2Cr2O7 sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent). Angka COD juga merupakan ukuran bagi pencemaran air dan mengakibatkan
berkurangnya O2 dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD,
tapi dapat ditetapkan perbandingannya sebagai alat kontrol uji COD dan BOD.
v Jenis Air BOD/COD :
-
Air limbah penduduk 0,40-0,60
-
Air limbah penduduk setelah pengendapan 0,60
-
Air limbah penduduk setelah pengolahan secara
biologi 0,20
-
Air sungai 0,10
v
Prinsip
analisa
Zat
organis dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam
suasana asam yang mendidih dengan katalisator Ag2SO4
untuk mempercepat reaksi dan penambahan HgSO4 untuk menghilangkan
gangguan klorida. Untuk
memastikan zat organis habis teroksidasi, maka pengoksidasi K2Cr2O7
ditambahkan berlebihan. Kelebihan K2Cr2O7
digunakan untuk menentukan berapa O2 yang telah terpakai melalui
titrasi dengan Ferro Amm sulfat. Indikator feroin digunakan untuk menentukan
t.a.t dari warna hijau-biru menjadi merah coklat. Untuk analisa COD ini dilakukan uji larutan blangko, karena blangko
tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi K2Cr2O7
nilai awal K2Cr2O7.
v Gangguan, keuntungan dan kekurangan tes COD
-
Gangguan
1) Kadar
klorida < 2000 ppm mengganggu kerja AgSO4, tapi dapat dihilangkan dengan
HgSO4 (dengan jumlah yang sebanding)
2) NO2-
juga akan teroksidasi menjadi NO3-. Bila konsentrasi NO2-
> 2 mg/l maka perlu penambahan 10 mg Asam sulfamat per mg NO2-, baik dalm
sampel maupun blangko.
-
Keuntungan
1) Tes COD lebih singkat dari tes BOD
2) Tidak selalu butuh pengenceran
3) 2-3x lebih teliti
4) Gangguan yang sifatnya racun terhadap zat
organis tidak berpengaruh
-
Kekurangan
Merupakan analisa suatu reaksi oksidasi kimia yang meniru
oksidasi biologis, sehingga merupakan pendekatan, tidak dapat membedakan zat
inert dan zat yang teroksidasi secara biologis.
BOD
(Biochemical Oxygen Demand)
Menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam
air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa
alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang
bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapatmenimbulkan bau busuk
pada air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun
misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya,sehingga harus dikurangi sampai batas
yang diinginkan. Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan
untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta
oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan
untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam
air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang
digunakan untuk mengoksidasi bahan organic tersebut. Semakin banyak oksigen
yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di
dalamnya. Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan menginkubasikan
contoh air pada suhu 20°C selama
lima hari. Untuk memecahkan bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada
suhu 20°C, sebenarnya
dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu
lima hari sebagai standar. Inkubasi selama lima hari tersebut hanya dapat
mengukur kira-kira 68 persen dari total BOD. Terdapat pembatasan BOD yang
penting sebagai petunjuk dari pencemaran organik. Apabila ion logam yang
beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas bakteri akan terhambat sehingga
nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang semestinya. Pengujian BOD menggunakan
metode Winkler-Alkali iodida azida,adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan
cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan
dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar,
dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3,
CaCl2 dan buffer fosfat.Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali
iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut
digunakan pereaksi MnSO4,H2SO4, dan alkali
iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfatmemakai indikator
amilum (Alaerts dan Santika, 1984).
ANALISIS
MIKROBIOLOGI
Hampir di setiap badan air, baik air alam maupun air
buangan terdapat bakteri-bakteri. Kecuali pada air tanah yang telah tersaring
oleh lapisan geologis tanah, sehingga semua bakteri yang pada umumnya berukuran
0,5 sampai 3um akan tertahan. Air yang telah disuling cukup lama atau air yang
telah melalui proses desinfeksi secara teratur, juga bebas akan bakteri yang
berbahaya.
Tes mikrobiologi adalah tes untuk mendeteksi adanya
jenis bakteri dan sekaligus menaksir konsentrasinya. Ada tiga metoda yang
tersedia yaitu: satandar plate count ( SPC), metoda dengan tabung fermentasi /
metoda most probable number dan metoda penyaringan pada membrane. Jenis bakteri
yang dianalisis adalah bekteri total, E.Coli (coli tinja), coli total.
ANALISIS
AIR (OKSIGEN TERLARUT DAN KLORIN )
Oksigen
terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi
ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin
besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang
bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut
telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air
mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan
air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam
air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter
lain seperti kob dan kod.
Di
dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia
menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk
beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar
tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik
yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya
oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan
dalam air.
Jika reaksi penguraian komponen
kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada
klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia
tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang
sering dilakukan:
a.
Metoda
titrasi dengan cara WINKLER
b.
Metoda
elektrokimia
Analisis
Oksigen Terlarut
Analisis oksigen
terlarut dapat ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
a.
Metoda
titrasi dengan cara WINKLER
Prinsipnya
dengan menggunakan titrasi iodometri.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2
den Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan menambahkan
H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut
kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen
dengan oksigen terlarut.
Iodium
yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Reaksi kimia
yang terjadi dapat dirumuskan :
MnCI2 +
NaOH ==> Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 ==> 2 MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2O
==> Mn(OH)2 + I2
+ 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3
==> Na2S4O6
+ 2 NaI
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Winkler
Kelebihan
Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan
cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis, teliti dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO
meter. Hal yang perlu diperhatikan dala titrasi iodometri ialah penentuan titik
akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator amilumnya.
Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan
diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan
cara DO meter, harus diperhatikan suhu
dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat
vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter.
Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat
sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di
lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat
penentuannya hanya bersifat kisaran.
Kelemahan
Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO adalah dimana dengan
cara WINKLER penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat mendekati
titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan
amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus
dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah
menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa
dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2,
oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.
Metoda
elektrokimia
Cara
penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung
untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam
dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan
katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb).
Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah
Katoda : O2
+ 2 H2O + 4e ==> 4 HO-
Anoda : Pb + 2
HO- ==> PbO + H2O + 2e
KLORIN
Klorin
banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai Oksidator
dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau
dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang
banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III).
Yang
dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk
pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis
kloramin seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)
termasuk di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam
NaOCl dan Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara
amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik aminoak di dalam air
dengan klorin.
Bentuk
desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi.
Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air. Karena
terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium
hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut sehingga pH akan lebih
besar. Sedangkan kalsium hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air
yang didesinfeksi kaporit adalah senyawa kimia ( CaOCl2 ), yg pada
kadar tinggi bersifat korosif. Pada prosentase rendah bisa digunakan sebagai
penjernih air, pemutih pakaian, membunuh jentik, disinfektan.
Dampak Negatif Klorin Bagi Kesehatan Tubuh:
Klorin,
khlorin atau chlorine merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses
khlorinasi. Sudah umum pula bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam proses
penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang
digunakan oleh masyarakat. Proses khlorinasi sangat efektif untuk menghilangkan
kuman penyakit terutama dalam penggunaan air ledeng. Tetapi dibalik
kefektifannya klorin juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum
air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena
kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil
dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf
tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat
mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada
binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.
Fungsi Klorin Sebagai Disinfektan
Air
dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang dapat berbahaya
bagi kesehatan. Patogen yang sering ditemukan di dalam air terutama adalah
bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholera
penyebab penyakit kolera, shigella dysentereae penyebab disentri basiler,
salmonella typhosa penyebab tifus dan S. Paratyphy penyebab paratifus, virus
polio dan hepatitis. Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air, maka
bakteri patogen di dalam air harus dihilangkan dengan proses disinfeksi.
Kegunaan
disinfeksi pada air adalah untuk mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan
menghilangkan bakteri patogen. Penghilangan bakteri patogen tersebut terutama
harus benar-benar dilakukan untuk air yang akan diminum untuk mencegah
timbulnya penyakit. Program disinfeksi ini telah digunakan secara luas sejak
awal tahun 1900 untuk menangani air yang akan digunakan secara luas.
Mikroba
dalam hal ini bakteri patogen pada umumnya dapat bertahan selama beberapa hari
tergantung juga dari kondisi lingkungannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
ketahanan tersebut antara lain pH, suhu, gizi yang tersedia, kompetisinya
dengan mikroba lain, kemampuan membentuk spora dan ketahanannya terhadap
senyawa penghambat. Sedangkan kemampuannya untuk menyebabkan penyakit antara
lain ditentukan oleh konsentrasi, virulensi dan resistensi.
Lebih
dari 50% bakteri patogen didalam air yang akan mati dalam waktu 2 hari dan 90%
akan mati pada akhir 1 minggu. Oleh karena itu, waduk-waduk penampang
sebenarnya cukup efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun demikian,
beberapa jenis patogen mungkin tetap hidup selama 2 tahun lebih, karena itu
dibutuhkan disinfeksi. Klorin teerbukti merupakan disinfektan yang ideal. Bila
dimasukkan kedalam air akan mempunyai pengruh yang segera akn membinasakan
kebanyakan makhluk mikroskopis.
Penggunaan
disinfektan dapat mengatasi mikroba patogen yang spesifik. Metode desinfeksi
telah dikenal secara luas. Disinfeksi dapat dilakukan antara lain dengan
berbagai metode dan bahan kimia seperti dengan klorin, yodium, ozon, senyawa
amonium kuarterner dan lampu ultraviolet. Berdasarkan perhitungan ekonomi,
efisiensi dan kemudahan penggunaanya maka penggunaan klorin merupakan metode yang
paling umum digunakan
Klorinasi
Klorinasi
merupakan disinfeksi yang paling umum digunakan. Klorin yang digunakan dapat
berupa bubuk, cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi kalsium
hipoklorit, sedangkan cairan klorin berisi natrium hipoklorit. Disinfeksi yang
menggunakan gas klorin disebut sebagai klorinasi. Sasaran klorinasi terhadap
air minum adalah penghancuran bakteri melalui germisidal dari klorin terhadap
bekteri.
Bermacam-macam
zat kimia seprti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida (ClO2),
dan proses fisik seperti penyinaran sinar ultraviolet, pemanasan dan lain-lain,
digunakan sebagai disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia diatas , klor
adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai
daya disinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya yaitu yang disebut
sebagai residu klorin (Alaerts, 1984).
Klor
berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl2) (kaporit), atau larutan
HOCl (asam hipoklorit).Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah
jumlah klor yang dibutuhkan sehingga, semua zat yang dapat dioksidasi
teroksidasi ,amoniak hilang sebagai gas N2 ,masih ada residu klor
aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmi kuman-kuman.
Klorin
sering digunakan sebagai disinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang
tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan
domestik. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai
disinfektan adalah sebagai berikut:
1.
Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan
bubuk.
2.
Relatif murah.
3.
Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat
larut pada kadar yang tinggi (7000mg/l).
4. Residu
klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak berlebihan.
5. Bersifat
sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat aktivitas metabolisme
mikroorganisme tersebut.
Proses
penambahan klor dikenal dengan istilah klorinasi. Klorin yang digunakan sebagai
disinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau kalsium
hipoklorit[Ca(OCl2)]. Namun, penambahan klor secara kurang tepat akan
menimbulkan bau dan rasa pahit.
Pada
proses klorinasi, sebelum berperan sebagai disinfektan, klorin yang ditambahkan
akan berperan sebagai oksidator, seperti persamaan reaksi :
H2S +
4 Cl2 + 4 H2O → H2SO4 + 8 HCl
Reaksi
kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh pH. Pada pH 2, klor berada dalam bentuk
klorin (Cl2); pada pH 2-7 , klor kebanyakan terdapat dalam bentuk
HOCl; sedangkan pada pH 7,4 klor tidak hanya terdapat dalam bentuk HOCl tetapi
juga dalam bentuk ion OCl-. Pada kadar klor kurang dari 1.000 mg/l, semua klor
berada dalam bentuk ion klorida (Cl-) dan hipoklorit (HOCl), atau terdisosiasi
menjadi H+ dan OCl-.
Klorin
akan sangat efektif bila pH air rendah, bila persediaan air mengandung fenol,
penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat
pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan
menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi. Campuran klorin dan amoniak
membentuk kloroamin, yang merupakan disinfektan yang relatif baik, walaupun
tidak seselektif hipoklorit. Kloramin tidak bereaksi dengan cepat, tetapi
bekerja terus untuk waktu yang lama. Karene itu, mutu disinfeksinya dapat
berlanjut jauh kedalam jaringan distribusi (Linsley, 1991).
Kebutuhan
klorin atau chlorine demand untuk proses disinfeksi tergantung pada beberapa
faktor. Klorin adalah adalah oksidator dan akan bereaksi dengan beberapa
komponen termasuk komponen organik pada air. Faktor yang mempengaruhi efisiensi
disinfeksi atau kebutuhan akan klorin dipengaruhi oleh jumlah dan jenis klorin
yang digunakan, waktu kontak, suhu dan jenis serta konsentrasi mikroba.
Kebutuhan
klorin untuk air yang relatif jernih dan pada air yang mengandung suspensi
padatan yang tidak terlalu tinggi biasanya relatif kecil. Klorin akan bereaksi
dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air dan komponen-komponen tersebut
akan berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan untuk disinfeksi.
Sehingga pada air yang relatif kotor, sebagian besar akan bereaksi dengan
komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai
disinfektan.
Residu
klorin juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan klorin
karena kemampuannya sebagai agen penginaktivasi enzim mikroba setelah zat
tersebut masuk kedalam sel mikroba. Klorin dapat bertindak sebagai disinfektan
baik dalam bentuk klorin bebas maupun klorin terikat pada suatu larutan dapat
dijumpai dalam bentuk asam hipoklorit atau ion hipoklorit. Klorin dalam bentuk
klorin bebas dan asam hipoklorit merupakan bentuk persenyawaan yang baik untuk
tujuan disinfeksi.
Penentuan
Kadar Klorin
Untuk
setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat
memiliki analisa-analisa khusus. Namun, untuk analisa di laboratorium biasanya
hanya klor aktif (residu) yang ditentukan melalui suatu analisa. Klor aktif
dapat dianalisa melalui titrasi iodometri ataupun melalui metode kolorimetri
dengan menggunakan DPD (Dietil-p-fenilendiamin). Analisa iodometris lebih
sederhana dan murah tetapi tidak sepeka DPD.
Adapun
prinsip kerja dari analisa dengan menggunakan DPD adalah; Bila
N,N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada suatu
larutan yang mengandung sisa klor aktif, reaksi terjadi seketika dan warna
larutan menjadi merah. Sebagai pereaksi digunakan iodida (KI) yang akan
memisahkan klor tersedia bebas, monokloramin dan dikloramin, tergantung dari
konsentrasi iodida yang dibubuhkan. Reaksi ini membebaskan iodin I2
yang mengoksidasi indikator DPD dan memberi warna yang lebih merah pada larutan
bila konsentrasi pereaksi ditambah. Untuk mengetahui jumlah klor bebas dan klor
terikat maka larutan dititrasi dengan larutan FAS (Ferro Amonium Sulfat) sampai
warna merah hilang. pH larutan harus antara 6,2 sampai 6,5.
Pemeriksaan
klorin dalam air dengan metode DPD dianalisa dengan menggunakan alat
Komparator. Yaitu berdasarkan pembandingan warna yang dihasilkan oleh zat dalam
kuantitas yang tidak diketahui dengan warna yang sama yang dihasilkan oleh
kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan, dimana kadar klorin
akan dibaca berdasarkan warna yang dibentuk oleh pereaksi DPD (Vogel, 1994).
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk
mendapatkan air yang berkualitas maka dilakukan pengolahan secara kimia,
fisika, dan biologi. Untuk menentukan kualitas air maka dilakukan analisis air
baik untuk sifat fisika, kimia dan biologinya.Dan sesungguhnya pada analisis
air baik secara fisika, kimia, dan biologi sangat berhubungan dan saling
berkaitan dalam melakukan analisis air. Pada intinya analisis air dilakukan
agar kita dapat mengetahui mutu dan kualitas dari air yang kita gunakan, apakah
bagus untuk kita pakai. Karena apabila mutu dan kualitas dari air yang kita
gunakan sudah baik, maka kesehatan tubuh kita akan tetap terjaga.
SARAN
Sebelum
melakukan Analisis Air , kita harus melakukan analisis sifat fisika air
terlebih dahulu kemudian baru melakukan analisis air secara kimia dan
dilanjutkan dengan analisis secara mikrobiologi agar kadar/ kandungan yang
terdapat di dalam air tersebut dapat kita ketahui. Setelah itu barulah kita olah
agar mendapatkan air dengan mutu dan kualitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Aisyah Suci, dkk.2011.Kimia Analisis Dasar.Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang
Atkins,
P. W. 1990.Kimia Fisik (penerjemah:
Irma I. Kartohadiprojo). Jakarta:Erlangga
laen nian yg anak kimia...
BalasHapusblogny penuh dengan laporn kimia...
wkkkkk
hahahaahhahh tria tria
Hapusrajen rajen koment yeee