Jumat, 24 Februari 2012


TITRASI REDOKS(PENENTUAN BESI)
logo poltek.png
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
DEDEK OKTA WIJAYA ( 0611 3040 0292 )
FITRI INDAH DWI UTAMI ( 0611 3040 0295 )
JAKA OKTASANOVA ( 0611 3040 0299 )
KATRIN AGNES E SINAGA (0611 3040 0300 )
NOVI RETNO SARI ( 0611 3040 0304 )
RAHMAT FAUZAN ( 0611 3040 0307 )
ROSANITA APRIANDINI ( 0611 3040 0309 )
YATI ( 0611 3040 0312 )
KELAS 1 KA
INSTRUKTUR : MELLIANTI. S.T
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TITRASI REDOKS
( PENENTUAN BESI )
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan standarisasi dan penentuan cuplikan dengan titrasi redoks
.
2. PERINCIAN KERJA
1. Melakukan standarisasi larutan KMnO4
2. Menentukan kadar besi dalam larutan
3. DASAR TEORI
Titrasi redoks merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi antara
analit dan titran. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan sebagian besar logam-logam. Indicator yang digunakan pada titrasi ini menggunakan berbagai cara kerja. Pada titrasi yang menggunakan KMnO4 tidak menggunakan suatu larutan indicator, tetapi larutan KMnO4 itu sendiri dapat bertindak sebagai indicator.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin. Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri. Iodometri, permanganometri menggunakan titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+ dan Oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat.), dan Cerium(IV) yang bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitrit.
Titik akhir dari suatu titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titran atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
3.1 Kalium Permanganat
Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Zat ini merupakan pereaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indicator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Satu tetes KMnO4 0,1 N memberikan suatu warna merah muda yang jelas pada larutan dalam titrasi. Permanganat mengalami reaksi kimia yang bermacam-macam, karena mangan dapat berada dalam keadaan-keadaan oksidasi +2, +3, +4, +5, +6, +7. Untuk reaksi yang berlangsung dalam larutan yang asam akan terjadi reaksi :
MnO4 -+ 8H­­­­+ + 5e Mn 2++ 4H­2O
Sedangkan untuk reaksi dalam larutan berasam rendah :
MnO4 -+ 8H­­­­+ + 3e MnO2 + 2H­2O
Reaksi yang paling banyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang sangat asam, dimana permanganat bereaksi dengan sangat cepat.
3.2 Natrium Oksalat
Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganat dalam larutan berasam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada pemanasan dan tidak higroskopis. Reaksi dengan permanganat agak komplek dan sekalipun banyak penelitian yang telah dilakukan, namun mekanisme yang tepat tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar. Oleh kareana itu biasanya larutan dipanaskan pada suhu 600C. Pada kenaikan suhu, pada awalnya reaksi berjalan lambat, tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya dinamakan otokatalitik karena katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri. Ionnya mungkin mempengaruhi efek katalitiknya dengan cepat bereaksi dengan permanganat untuk membentuk mangan dari keadaan oksidasi antara +3 dan +4 yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali keadaan divalent. Adapun reaksinya adalah :
5C2O42- + 2MnO4 + 16H+ 2Mn 2+ + 10 CO2 + 8H2O
Fowler dan bright melakukan suatu penelitian yang sangat mendalam terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin didalam titrasi. Mereka menemukan beberapa bukti dari pembentukan peroksida
O2 + H2C2O4 → H2O2 + 2 CO2
Dan apabila perioksida terurai sebelum bereaksi dengan permanganat, terlalu sedikit larutan permanganat yang diperlukan sehingga dari perhitungan normalitasnya tinggi. Mereka menyarankan agar hampir semua permanganat ditambahkan dengan cepat dalam larutan dipanaskan sampai 60 0C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini.
4. ALAT YANG DIGUNAKAN
• Kaca Arloji 2 buah
• Erlenmeyer 250 ml 6 buah
• Buret 50 ml 2 buah
• Pipet Ukur 25 ml 4 buah
• Gelas Kimia 100 ml, 250 ml 2 buah
• Labu Takar 100 ml, 250 ml, 500 ml 2 buah
• Spatula 2 buah
• Bola Karet 4 buah
• Hot Plate 2 buah
• Termometer 2 buah
5. BAHAN YANG DIGUNAKAN
• Na2C2O4 padatan
• H2SO4 pekat
• KMnO4 padatan
• FeSO4.7H2O padatan
6. PROSEDUR PERCOBAAN
6.1 Standarisasi Larutan KMnO4
• Membuat larutan 0,1 N KMnO4
• Mengeringkan Natrium Oksalat dalam Oven pada suhu 105-110 oC selama 2 jam
setelah itu mendinginkannya dalam desikator.
• Menimbang Natrium Oksalat sebanyak 300 mg dan memasukkannya kedalam
erlenmeyer.
• Melarutkan 12,5 ml H2SO4 pekat dalam 250 ml air ( hati-hati )
• Memasukan larutan H2SO4 kedalam erlenmeyer yang berisi Natrium Oksalat.
Mengkocoknya dan mendinginkannya sampai 24 oC.
• Mentitrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 ml. lalu dipanaskan sampai
50-60 oC. dan melanjutkan titrasi setetes demi setetes hingga berubah warna yaitu
merah muda.
6.2 Penentuan Besi Dengan KMnO4
• Melarutkan 4 gram cuplikan FeSO4.7H2O dalam air demineral 100 ml.
• Memipet 15 ml larutan cuplikan kedalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan
25ml 0,5 M H2SO4.
• Mentitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna merah muda tidak
berubah lagi.
7. DATA PENGAMATAN
Tabel 1 Data Standarisasi larutan KMnO4
No.
Gram Analit
(Natrium Oksalat)
Volume Titran
( KMnO4 )
Perubahan Warna
1.
2.
3.
300 mg
300 mg
300 mg
Rata –rata
40 ml
( 35 ml + 5 ml)
41 ml
( 35 ml + 6 ml)
42 ml
( 35 ml + 7 ml)
41 ml
Pada saat standarisasi larutan, •menghasilkan warna ungu pekat. Setelah dititrasi dengan KMnO4 warna larutan berubah menjadi warna merah keunguan(seharusnya warna bening.) Setelah dipanaskan pada suhu 60oC dititrasi kembali setetes demi setetes menghasilkan warna larutan menjadi merah muda.
Tabel 2 Data Penentuan Besi dengan KMnO4
No.
Volume Analit
(FeSO4.7H2O)
Volume Titran
( KMnO4 )
Perubahan Warna
1.
2.
3.
4.
15 ml
15 ml
15 ml
Rata –rata
17 ml
16 ml
17 ml
16,6 ml
Warna awal berwarna kuning, setelah dititrasi menjadi warna merah muda dan tidak terjadi perubahan warna lagi.dan pada proses ini jugo terjadi 2 fase perubahan warna warna bening ke ungu pekat(volume titran 5,5 ml)dan dari ungu pekat menjadi warna merah muda(volume titran 17 ml)
8. PERHITUNGAN
KMnO4 + FeSO4 + H2SO4 → MnO + Fe 3+
n = 5
+7 +2
+2 +3
1.*Standarisasi Larutan KMnO4
A. Menentukan Normalitas KMnO4
Gr KMnO4 = V KMnO4 x N KMnO4
BE KMnO4
rata –rata volume KMnO4 = 40 ml + 41 ml + 42 ml = 41 ml
* N KMnO4 (1) = gr KMnO4
BE KMnO4 x V KMnO4
= 0,3 gr
67 gr/grek x 0,041 liter
= 0,109
% kesalahan = praktek - teori x 100 %
praktek
= 0,109 - 0,1 x 100 %
0,109
= 3 %
B.Penentuan Besi dengan KMnO4
% Fe(1) = V KMnO4 x KMnO4 x BE Fe x 100
gr sampel x jumlah analit
rata –rata volume KMnO4
= 17 ml + 16 ml + 17 ml = 16,6 ml
= 0,0166 liter x 0,109 grek/liter x 55,8 x 100
0,6 gr
= 16,82 %
C. Pembuatan larutan
Ø 0,5 M H2SO4 100 ml
M =
=
= 18,4 M
V1.M1 = V2.M2
V1.18,4=100.0,15
V1=
= 2,7 ml
Ø 0,1 N KMnO4 0,25 l (250 ml)
Gr = M.V. Mr
=0.1. 0,25 L .158
= 3,95 gr
NB : Dimana 0,1 N KMnO4
M =
=
=0,1
9. PERTANYAAN
  1. Tuliskan beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan larutan standar
KMnO4 sebagai pereaksi oksidasi.
  1. a. Mengapa pada standarisasi dengan Natrium Oksalat, KMnO4 diberikan
secara cepat?
b. Mengapa larutan tersebut harus dipanaskan sampai 60 oC ?
Pembahasan :
  1. Keuntungannya :
•Harganya murah.
•KMnO4 mudah diperoleh.
•Dengan menggunakan larutan standar KMnO4 tidak perlu menggunakan
Indicator lagi, kecuali bila menggunakan larutan yang sangat encer.
•KMnO4 mempunyai keadaan oksidasi yang berbeda-beda.
Kerugiannya :
•Reaksinya lambat dalam larutan encer pada suhu kamar.
•Dalam suasana basa akan membentuk endapan coklat MnO2 yang mengganggu.
•Dalam persiapan larutannya dibutuhkan langkah-langkah yang rumit.
2. a. Pada standarisasi dengan Natrium Oksalat, KMnO4 diberikan
secara cepat karena jika perioksida itu terurai sebelum bereaksi dengan
permanganat maka larutan permanganat terlalu sedikit yang digunakan dan
normalitasnya akan dijumpai lebih tinggi.
b. Karena untuk menghindari pembentukan perioksida yang dihasilkan dari
uraian sebagian oksalat, maka dari itu larutan tersebut harus dipanaskan sampai
60 oC.
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet, Penuntun Praktikum Kimia Analisis Dasar “Titrasi Redoks ( Penentuan Besi )”
.2010.Palembang: Polsri
Underwood,R.A Day.2002. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi keenam.Erlangga: Jakarta
10.ANALISIS PERCOBAAN
Dalam percobaan kali ini,analisa yang kami dapatkan adalah pada proses standardisasi larutan standar 0,1 N KMnO4 dengan volume analit 300 mg/ 0,3 g (didapatkan) ,sebelumnya kami harus mengeringkan natrium oksalat dalam oven pada suhu 105-110 oC (selama 2 jam) lalu di dinginkan dalam desikator.Kemudian melarutkan 12,5 ml H2SO4 pekat dalam 250 ml air.Kemudian mencampurnya ke dalam Erlenmeyer yang berisi natrium oksalat,kemudian di kocok dan di dinginkan sampai 24 oC.Saat di titrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 ml ,dari percobaan 1,2,dan 3 perubahan warna yang terjadi adalah menjadi ungu pekat,kemudian kami panaskan dengan hot plate dengan rata –rata suhu mencapai 60-80 oC,perubahan warna yang terjadi adalah merah keunguan(seharusnya bening) kemudian setelah itu kami titrasi kembali dengan larutan KMnO4 sampai berubah warna menjadi merah muda pada percobaan 1 pertambahan volume titran sebanyak 5 ml= 40 ml ,yg ke 2= 6 ml(41 ml)
Pada proses penentuan besi dengan KMnO4,,saat kami mentitrasi larutan cuplikan(FeSO4.7H2O) yang telah ditambahkan 15 ml 0,5 M H2SO4 dengan larutan standar KMnO4 sampai berubah warna menjadi merah muda yang stabil.Didapat volume titran percobaan 1=17 ml,ke 2=16 ml,ke 3= 17 ml,pada saat proses ini terjadi 2 fase perubahan warna dari bening ke ungu pekat ,yakni pada saat volume titran 5,5 ml(rata-rata) dan dari ungu pekat ke merah muda sekitar volume titran= 17 ml.
11.KESIMPULAN
Ø Rata –rata volume titran(KMnO4)=16,6 ml (yakni untuk penentuan Fe dengan KMnO4),dan rata-rata volume titran(KMnO4)=41 ml(yakni untuk proses standardisasi larutan KMnO4)
Ø Sehingga normalitas(N) KMnO4 adalah 0,109 grek/l
Ø Dan % Fe adalah 16,82 %
Ø Sehingga titrasi redoks merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi dan reduksi antara analit dan titran.Pada kalium permanganat merupakan larutan yang pada saat di titrasi tidak memerlukan indicator(terkecuali pada larutan yang sangat encer.Dan pada titrasi memberikan warna merah muda yang jelas,ini terjadi saat titik ekivalen antara volume analit dan titran di dapat.
Gambar Alat
Buret
Masker RS.jpg srtgkaret-latex.jpg
Masker Sarung tangan
pipetukur.jpg bola.jpg
Pipet Ukur Bola Karet
spatula.jpg Batang pengaduk.jpg
Spatula Batang Pengaduk
gelas_kimia_kge_20_d(1).jpg gelasarloji.jpg
Gelas Kimia Kaca Arloji
labu ukur.jpg
Labu Ukur
Rounded Rectangle: SpatulaRounded Rectangle: Corongspatula1.jpg corong gelas1.jpg
Rounded Rectangle: Pipet TetesRounded Rectangle: Botol Aquadestbotol aquadest1.jpg pipt tetes.jpg
Rounded Rectangle: MaskerRounded Rectangle: Sarung Tangansarung tangan1.jpg Masker RS1.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar